TANGERANG, Suarainvestigasi.com – Kasus Sengketa TOL JORR II belum juga didengar dan diselesaikan, masyarakat yang mengatasnamakan Kamisan Tangerang Raya gelar demo untuk menuntut pemerintah dan Walikota Tangerang bertanggung jawab kepada warga Benda. Aksi tersebut di lakuakan di Tugu Adhipura, Jalan Veteran, Kota Tangerang. Kamis (17/12/20).
Dalam Aksi Kamisan jilid 2 tersebut anggota aksi mengenakan pakaian serba hitam, yang mana simbolis keprihatinan atas tidak adanya hati nurani Pemerintah dan Walikota Tangerang. Turut dihadiri dari warga gusuran Jurumudi-Benda, Aktivis, penggiat sosial, serta mahasiswa.
“Apa bapak tidak malu melihat rakyatnya ngamen pak, kami buat nyari makan aja harus ngamen dulu. Puas bapak melihat kami seperti ini pak,” jerit seorang anak korban gusuran ditengah aksi sambil menangis memeluk ibunya, yang di kutip dari Faktakatulistiwa.com
Koordinator Aksi Kamisan Tangerang Raya, Dien meminta dan menuntut agar pemerintah yang terlibat dapat segera menyelesaikan kasus penggusuran tersebut sampai tuntas.
“Kondisi saat ini, di wilayah Benda sangat memperihatinkan, pembangunan tetap berjalan meskipun warga masih menunggu keadilan,” ungkap Dien, (17/12).
Meskipun sudah terdapat komitmen tak tertulis dari salahsatu pemerintah daerah, PPK, pimpinan proyek Jasa Marga, BPN, dan Pengadilan Negeri, yang dimana isi komitmen tersebut sama-sama akan membantu proses gugatan. Namun hasil sidang selanjutnya menjadi mediasi yang dikatakan tidak sesuai dengan komitmen.
“Mediasi pertama gugatan LBH warga, 7 juta permeter, disetujui hakim melalui lisan, mediasi kedua ketua PPK tidak membawa surat balasan dan pihaknya mengatakan bahwa ketua Menteri PUPR mengeluarkan surat balasan dikarenakan surat balasan bisa dikeluarkan jika ada surat putusan dari pengadilan bukan hasil mediasi lisan hakim yang telah menyetujui. Disini pihak pemerintah tidak sesuai komitmen untuk membantu proses gugatan,” ungkapnya.
Pasca terjadinya penggusuran, kini warga tidak lagi mempunyai tempat tinggal sehingga sembako amat sangat dibutuhkan untuk keberlangsungan warga yang terdampak. Lebih memprihatinkan lagi yang mana anak-anak korban gusuran sudah tidak konsen kepada pendidikannya, karena mereka lebih memilih untuk ikut berjuang bersama orang tuanya untuk mendapatkan hak haknya kembali.
” Anak – anak lebih memilih ikut berjuang bersama orangtuanya di bandingkan dengan pendidikannya, orang tua kesulitan untuk mengontrol anak-anaknya karena harus berjuang demi keadilan atas haknya,” ungkap Dien.
Discussion about this post