Nias, suarainvestigasi.com –Pembangunan Jembatan La’uri Kabupaten Nias yang menghubungkan Kabupaten Nias Selatan dan sebaliknya Kota Gunungsitoli dan Kabupaten Nias Utara sudah berjalan sekitar 4 (empat) bulan kurang lebih dengan besaran pagu anggaran Rp.21.198.432.000,- miliar APBN Pusat Tahun 2024 hingga kini belum juga rampung dikerjakan. Akibat belum tuntasnya jembatan tersebut, mulai dikeluhkan dan diprotes masyarakat Desa La’uri yang berdomisili disekitar lokasi.
Akibat dari pembangunan jembatan La’uri itu tentunya menimbulkan dampak debu yang sangat mengganggu kenyamanan pengguna jalan dan kesehatan masyarakat Desa La’uri, Kecamatan Sogaeadu, Kabupaten Nias setiap hari menghirup debu yang sangat membahayakan paru-paru pernapasan manusia hal tersebut disampaikan beberapa masyarakat Desa La’uri kepada awak media, Jumat (04/10/2024).
Salah satunya Ama Neysa Zandroto mengatakan keluhan ini sudah beberapa kali disampaikan masyarakat yang mengalami dampak debu pembangunan jembatan La’uri kepihak Kontraktor melalui N. Nainggolan namun sangat disayangkan keluhan itu diabaikan atau tidak ada direspon sama sekali,” ungkap Zandroto.
Dampak dari debu tersebut setiap hari menghujani rumah masyarakat dan warung penjual makan pun sangat terganggu serta kesehatan anak-anak maupun orang dewasa sekitar lokasi pembangunan jembatan ini diserang penyakit batuk, pilek dan sesak nafas mengalami Infeksi Saluran Pernapasan Atas (Ispa),”
“Abu Ini sangat berbahaya untuk pernapasan Manusia terutama kepada kesehatan anak-anak maupun orang dewasa bisa mengakibatkan penyakit TBC dan penyakit lainya timbul,“ katanya.
Masih katanya, kita lihat saja beberapa hari kedepan apa pihak Kontraktor pembangunan jembatan sebagai penanggung jawab masih tidak peduli dengan keluhan dan kesehatan masyarakat sekitar.? “Tentunya kita sangat menyikapi serius permasalahan ini apa langkah selanjutnya yang harus kita sampaikan kepihak Kontraktor demi kenyamanan masyarakat sekitar,” tegas Ama Neysa Zandrato.
Dilokasi yang sama hal senada juga disampaikan Ama Darlin Zandrato, terlebih saat musim kemarau seperti saat ini. Abu dari area proyek pembangunan jembatan La’uri itu bertebaran kemana-mana menghinggapi atap rumah dan kaca jendela hingga masuk kedalam rumah warga,” imbuh dia.
Kondisi ini diperparah kala antrean panjang kendaraan terjadi. ”Truk besar lewat, di belakangnya pasti ada debu, berterbangan tinggi masuk kerumah warga dan terhirup,“ sambungnya.
“Pihak Kontraktor tidak menampik terkait dampak debu jalan membiarkan itu terjadi dan tak peduli dengan keresahan dan kesehatan masyarakat. ”Tidak ada melakukan penyiraman seakan apa yang dilihatnya biasa-biasa saja alias tutup mata, apa lagi pada saat sekarang ini musim kemarau, keluhan tersebut telah disampaikan berkali-kali tetapi tidak ditanggapi hingga meresahkan masyarakat sekitar lokasi,” kesalnya.
Bahkan terkait keluhan masyarakat tersebut. ”Diharap kepada Kontraktor penanggung jawab pengerjaan pembangunan jembatan La’uri agar segera menanggapi dan melakukan tindakan solusi penanganan debu jangan hanya mencari keuntungan saja, lalu meninggal kesan tidak baik kepada masyarakat Desa La’uri,” tambahnya.
Bila ini dibiarkan berlarut-larut akan berdampak nanti kepada pembangunan jembatan La’uri tentu hal seperti itu tidak kita inginkan terjadi, tujuan masyarakat bukan mencari kelemahan atau menghalangi pembangunan tetapi setidaknya Kontraktor menyadari dampak resiko yang merugikan masyarakat sekitar sesuai SOP’nya, ini sudah berlangsung lama semenjak proyek pembangunan jembatan La’uri dikerjakan,” akhir tandas Ama Darlin Zandroto.
Terpisah dikonfirmasi N. Naigolan Pihak kontraktor PT. Allam Daya Wicaksana melalui pesan WhatsApp namun tidak respon pertanyaan wartawan memilih diam dan bungkam terkait keresahan masyarakat Desa La’uri dalam pengerjaan jembatan itu hingga berita ini ditayangkan.
(yosi)
Discussion about this post